Di atas kanvas aku melukis wajahmu, dengan darahku.
Lalu aku menemukan sebuah media melukis yang baru. Tubuhmu. Dan aku gunakan pisau sebagai kuasnya. Ide bagus, bukan?
Aku kemudian mencelupkan kepalamu ke dalam bak cat. Dengan rambutmu, aku melukis kepedihanku. Kamu meringis kesakitan. Aku tersenyum penuh kemenangan.
Aku duduk memandangi tubuhmu, bercorak dan penuh darah. Rambutmu merah. Kamu menyerah, pasrah.
Aku kejam? Tidak, kamu salah. Aku hanya berusaha menunjukkan bagaimana membuat lukisan dengan cara yang lain. Tubuhmu itu, sekarang menjadi karya seniku.
No comments:
Post a Comment
Komentar kalian akan masuk moderasi dulu jika kalian komen di postingan lama. Maka jangan khawatir, komentar kalian pasti akan aku baca. :)