Friday, April 29, 2011

Luka yang Terluka

Seseorang pernah mengajarkan luka, padaku. Ia membuatku menangis.
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....

Lukaku hampir sembuh waktu itu, lalu ada yang membawa luka baru.

Thursday, April 28, 2011

Merajut Mimpi dan Mesin Pemusnah Mimpi

Kamu pernah ajarkan aku, bagaimana caranya merajut mimpi.
Tapi kamu juga yang membuat benangnya kusut, sulit diluruskan kembali.
Kamu menyerah, lalu membeli benang baru, tapi kemudian kamu membuat benangnya kusut lagi.
Kamu membeli benang baru lagi, kamu membuat benangnya kusut lagi.
Kamu membeli benang baru lagi, kamu membuat benangnya kusut lagi.
Begitu seterusnya.
Akhirnya aku yang menyerah. Dan akhirnya kutemukan mesin pemusnah mimpi, ia bernama: Luka.

Monday, April 25, 2011

Aku dan Kotak Rindu

Setahun yang lalu, kamu titipkan sesuatu padaku.
Kamu bilang itu kotak rindu.
Aku bertanya, 'apa itu kotak rindu?'
Lalu kamu menjawab, 'kamu akan segera tahu'.

Hari ini, aku temukan kotak itu di sudut kamarku, berbalut debu.
Aku membukanya dan terpaku.
Ada sesuatu yang menggebu.
Inikah yang dinamakan rindu?

Rindu (3)

Hei, kamu!
Aku punya kado untukmu.
Coba intip sakumu, tadi aku menyelipkan segenggam rindu.
Tidak ketemu?
Ah, bukan di saku celanamu, coba tengok di saku jaketmu.

Saturday, April 23, 2011

Rindu (2)

Semua kata-kata yang tadinya sudah kubungkus dengan rapi, tiba-tiba hilang ketika melihatmu.
Lalu diam-diam aku masukkan rindu ke dalam sakumu.
Agar ketika kamu pulang, kamu tahu ada rindu yang menggebu, di dadaku.

Rindu


Berkali-kali rindu membawaku ke rumahmu.
Tapi aku hanya sampai di depan pintu, selalu.
Ada ragu yang menahanku...

Wednesday, April 13, 2011

Aku, Kamu dan Lukisan Baru

Di atas kanvas aku melukis wajahmu, dengan darahku.

Lalu aku menemukan sebuah media melukis yang baru. Tubuhmu. Dan aku gunakan pisau sebagai kuasnya. Ide bagus, bukan?

Aku kemudian mencelupkan kepalamu ke dalam bak cat. Dengan rambutmu, aku melukis kepedihanku. Kamu meringis kesakitan. Aku tersenyum penuh kemenangan.

Aku duduk memandangi tubuhmu, bercorak dan penuh darah. Rambutmu merah. Kamu menyerah, pasrah.

Aku kejam? Tidak, kamu salah. Aku hanya berusaha menunjukkan bagaimana membuat lukisan dengan cara yang lain. Tubuhmu itu, sekarang menjadi karya seniku.

Friday, April 8, 2011

Jika kelak kamu menjadi suamiku



Jika kelak kamu menjadi suamiku, bolehkah aku memenuhi isi kulkas kita dengan es krim dan susu?
Jika kelak kamu menjadi suamiku, bolehkah aku memintamu mengelus punggungku ketika serangan ngilu mulai menyerbu?
Jika kelak kamu menjadi suamiku, bolehkah setiap malam aku mengecup kening anak kita dulu baru kemudian kamu?

Jika kelak kamu menjadi suamiku, bolehkah aku meminta pergi ke Bulan sebagai kado ulang tahunku?

Pada sosok yang tidak pernah kamu tahu...



Kamu pernah merindu pada sosok yang tidak pernah kamu tahu?
Kamu pernah ingin diberi satu pelukan kecil yang hangat dari sosok yang tidak pernah kamu tahu?
Kamu pernah menginginkan segurat senyum dari sosok yang tidak pernah kamu tahu?
Kamu pernah menginginkan genggaman tangan yang erat dari sosok yang tidak pernah kamu tahu?
Kamu pernah menginginkan kecupan hangat di dahimu dari sosok yang tidak pernah kamu tahu?
Kamu pernah menginginkan rangkaian kata yang ditujukan untuk kamu, dari sosok yang tidak pernah kamu tahu?
Dan pernahkah kamu memimpikan sosok yang tidak pernah kamu tahu?

Tuesday, April 5, 2011

!

Kamu pernah jatuh cinta?
Pasti pernah.
Bagaimana rasanya?
Indah?
Ya. Tentu saja!

Kamu pernah terluka?
Pasti pernah.
Bagaimana rasanya?
Sakit?
Ah, lebih dari itu!

Saturday, April 2, 2011

Bangku Panjang dan Kenangan Tentang Kita


Di bangku panjang itu pertama kali kamu mengatakan ingin mengajakku untuk masuk ke dalam kehidupanmu.
Di bangku panjang itu aku menunggumu.
Di bangku panjang itu kamu menungguku.
Di bangku panjang itu kita bertukar cerita, atau sekedar bertukar senyum ketika kamu datang. Lalu kamu mengusap kepalaku.
Di bangku panjang itu kita tertawa ketika mendengar petir, kamu bilang itu seperti suara Ibu.
Di bangku panjang itu kita duduk berdekatan tapi malu-malu.
Di bangku panjang itu kita bertengkar, aku menangis sendu.
Di bangku panjang itu kamu berjanji akan menemuiku setiap tiga minggu.
Dan di bangku panjang itu terakhir kali kita bertemu.