Tuesday, December 23, 2014

Seperti Mawar di Pelataran Rumah

"Kita tentu pernah ada di titik lelah lalu ingin menyerah.
Kita tentu pernah ingin berlari sejauh mungkin dan tidak pernah kembali.
Tapi cinta, dia selalu tahu kemana harus pulang." -Asa

Kamu tahu cinta yang begitu besar akan menyakitimu hingga rongga-rongga paling dalam di jiwamu?
Kamu tahu, orang yang begitu potensial menyakiti hatimu justru orang yang paling kamu cintai?

Aku dan kamu belum sama-sama tumbuh menjadi manusia yang dewasa. Kita tidak mampu mengontrol rasa sayang satu sama lain. Sayang yang begitu besar mampu menyakiti, membuat luka, membuat kita begitu jahat.
Aku pernah katakan, jika mencintaiku hanya membuatmu bertambah sakit, maka berhentilah. Berhentilah mencintai aku dan pergilah, karena pintu hatiku tidak pernah benar-benar terkunci. Kau bisa pergi kapan saja.

Mama juga katakan, "Ketika mencintai seseorang, jangan serahkan hatimu seutuhnya untuk dia. Sisakan setengahnya untuk mencintai dirimu sendiri, dan hal-hal lain. Ketika kamu dikecewakan, kamu tidak akan hancur sepenuhnya. Kamu masih punya sebagian hati untuk mengobati bagian yang tengah terluka."
Maka, aku belajar mencintaimu dengan wajar.

Tapi kamu tahu? Cinta kita mungkin seperti mawar di pelataran rumahku. Mawar yang pernah sama-sama kita tanam dua tahun yang lalu. Aku pernah mencoba memangkasnya. Karena menurutku, mereka tumbuh begitu brutal. Sangat cepat dan sangat lebat. Dan aku tidak mampu memangkasnya hingga akar. Meski aku mencobanya dengan keras. Akarnya sudah begitu kokoh dan kuat, seperti cinta kita. Seberapa sering pun aku berusaha memangkasnya, pondasi yang kita buat begitu kokoh. Aku tidak akan mampu menghapus rasa sayangku, rasa sayangmu, dan rasa sayang kita.
Meski luka yang pernah sama-sama kita buat begitu dalam, kenangan-kenangan manis tentang kita selalu menjadi penawar yang tepat.

Sayang, berjanjilah untuk tidak saling menyakiti lagi.
Berjanjilah untuk bersama-sama tumbuh menjadi pribadi yang dewasa.
Berjanjilah untuk saling mengerti bahwa hidup kita masih sangat panjang.
Berjanjilah untuk mencintaiku sewajarnya saja.
Berjanjilah.
Aku pun telah membuat janji.

Monday, December 8, 2014

Skolioser Bisa Naik Gunung!


Tell me that I can't, and I will show you I can!

Skoliosis membuat segala sesuatu dijalani dengan cara berbeda dari orang normal. But, skoliosis will not define me, it will make me stronger.

Dulu, ketika masih ditangani oleh dokter Alex dari London, aku gak boleh mengikuti olah raga apapun kecuali renang. Lebih-lebih naik gunung.
Alasannya karena; satu, pendaki gunung identik dengan bawaan carrier yang besaaaaar banget, ngalah-ngalahin besar badanku. (Malah mungkin aku muat kalau masuk carrier hahaha!) Punggungku yang notabenenya bengkok, dilarang keras dibebani beban yang amat berat.
Alasan kedua, karena naik gunung menguras tenaga yang besar. Skolioser (khususnya kasusku) capek dikit bisa sesak nafas dan ngilu di sendi-sendi tertentu.

Nah, dua bulan lalu aku tanya sama dr. Fong mengenai niatku naik gunung. Dokter Fong bilang, its okay, aku boleh naik gunung asal Spinecore-ku masih dipakai, dan asal tidak terlalu memaksakan diri.
mendengar itu, aku langsung loncat-loncat gembira. Naik gunung adalah salah satu impian besar yang pernah aku punya. Kenapa? Entahlah, mungkin sudah darahnya, Papa dan Mama ketika masih pacaran dulu, suka naik gunung bareng. Nah loh, jangan salahin dong kalau anaknya juga pengin naik gunung! :p

Perkenalan dengan Embek, Tomi dan Fika membuat aku pengin ikutan naik gunung. Lebih-lebih ketika Embek bilang aku gak perlu bawa carrier waktu naik, biar barangku dibawa dia. Ah, jangankan bawa carrier, bawa botol air mineral saja mereka gak bolehin.

November tanggal 13 lalu, kami berangkat untuk mendaki gunung Merbabu (eciyeeeeeeeeee)
Berangkatlah kami dari Jogja dengan sebelumnya, Embek dan Tomi mengomel karena bawaan bajuku yang menurut mereka terlalu banyak (?) Iya, aku harus bawa lapisan baju untuk brace Spinecore juga. :p

Menuju basecamp Merbabu hari udah malam dan bintangnya banyaaaaaaak banget, aku sama Fika sempat tiduran di aspal sambil lihat bintang waktu nunggu Embek sama Tomi taruh carrier di basecamp.

Besok paginya, kami mulai mendaki. Deg-degan iya, takut nyusahin iya, pokoknya campur aduk deh. Dikit-dikit istirahat, dikit-dikit tarik nafas. Beruntung aku punya teman-teman yang baik, mereka yang udah biasa mendaki mengerti kondisiku beda dan harus sabar menghadapi aku.

Perjalanan naik, gelap karena cuacanya lagi mendung

Setelah lewat dari pos satu, aku merasa mual-mual dan pusing gak karuan. Mereka bilang itu biasa, itu mountain sickness, biasa dirasain sama orang yang pertama kali naik gunung. Lalu muntah-muntahlah aku. Habis itu diketawain sama Embek. Ini orang emang suka banget ngetawain aku. :(

Singkat cerita, sudah lewat pos dua, menuju pos tiga (tempat rencana kami nge-camp) mulai turun hujan, padahal jalannya nanjak dan liciiiiiin banget. Fika setia gandeng dan dorong aku dari belakang biar gak jatuh. Fika, kamu memang wanita tangguh. Pas udah dekat pos tiga, dari belakang, Fika ngomong, "Ayo Asa, dikit lagi, dikit lagi."

Sampai pos tiga kami gak mendapati dua teman yang janjian waktu dibawah, akhirnya kami bangun tenda sendiri dalam kondisi hujan deras dan kabut yang sangat dingin. Aku yang pake jaket aja merasa kaku gak karuan, udah diem aja gak bisa gerak. Fika, Tomi dan Embek yang gak pake jaket udah kuyub banget masih bisa pegang-pegang tenda buat dirakit. Dan di saat itu, Tomi masih bisa ketawa-ketawa dengan badan setengah menggigil. Dalam hatiku, "Ini Tomi sebenernya sehat gak sih?" Tapi mereka kuat banget. Aku salut. Gery pun salut.

Tenda selesai, tapi masalah belum selesai. Hujan yang gak kunjung berhenti itu membuat tenda kami kebanjiran (ini juga karena tendanya jelek dan bolong-bolong) tapi mau gak mau kami tetap harus masuk ke dalam tenda kalau masih mau bertahan hidup hahahaha. Akhirnya, masuklah kami ke dalam tenda. Karena sudut-sudut tenda sudah kebanjiran, kami berempat mepet dan jongkok di bagian tengah tenda sambil ketawa-ketawa. Iya jongkok, karena bawah tenda sudah basah, kalau kami duduk, pantat kami bakal ikut basah, sementara persediaan celana dalam gak banyak (kecuali aku). Ini adalah pertama kalinya, aku ada dalam kondisi yang serba terhimpit tapi masih bisa ngakak bareng-bareng, masih bisa menertawakan keadaan. Segalanya gak terasa berat, malah seru banget! Aku gak tahu, padahal kata Tomi, ini pengalaman pertama naik gunung buat aku yang mungkin aja bikin aku jera tapi nyatanya enggak :p (Mama gak boleh tahu bagian ini, dia pasti heboh kalau tau tenda anaknya kebanjiran :p)

Ini muka mereka yang sempat aku abadikan di saat-saat genting

Kami menertawakan keadaan kami waktu itu, hujan gak kunjung reda. Sampai tawa kami reda. Semua diam, capek, ngantuk dan tertidur dalam posisi jongkok. JONGKOK.

Hujan yang mulai dari jam 3 sore itu baru reda sekitar jam 7 malam. Bayangin dong kami jongkok dan mindah-mindah posisi itu berapa jam. :))
Sesaat setelah hujannya mulai reda, kami langsung beres-beresin dan ngeluarin air yang ada dalam tenda. Tomi sebagai abahnya anak-anak langsung ambil tindakan bikin parit di sekitar tenda dan benahi pasak yang kurang benar, memang abah yang baik. :D
Habis itu, aku dan Fika langsung ambil posisi dan tidur masuk dalam sleeping bed. Sedangkan Tomi dan Embek belum tidur. Mereka ngapain ya? Kayaknya sih ngeringin celana dalam yang basah sambil ngopi dan ngerokok. :p
Udara yang dingin gak bikin tidur kami gak nyenyak lho. Karena semuanya capek dan capek banget hihihihi. Bahkan ketika tengah malam sempat hujan lagi, semuanya gak ada yang bagun dan tetap melanjutkan tidur masing-masing. Meski aku sempat melek dan mikir, "Kalau banjir lagi gimana ya?" sesaat kemudian menimpali pertanyaan sendiri dengan, "Bodo ah, ngantuk." Lalu tidur lagi.

Paginya, aku bangun dengan keadaan kaki yang sedikit kaku dan pegal. Fika udah senyum-senyum aja di sebelah. "Udah pagi, ayo lihat sunrise!"

Selfie sambil lihat sunrise. Belum mandi, belum gosok gigi.

SEGEEEEEEEERRRRR!
Kapan lagi Asa bisa bangun pagi


Setelah puas sama sunrise, kami mulai bongkar-bongkar pakaian yang basah kemarin malam untuk dijemur dilanjutin sama masak bareng-bareng buat ngisi perut. :D

Spinecor sampe ke Merbabu :D



Setelah masak, kami ngelanjutin ngejemur semua peralatan yang basah akibat kena hujan. Termasuk badan kami :p


Kumpulan tenda yang dibangun di pos tiga :)

Sambil jemur badan, Embek dan Tomi nanya, "Mau ke puncak gak?" Aku langsung menggeleng cepat. Kakiku sudah pegal gak karuan, kalau ngotot sampai ke puncak, bisa-bisa saking pegelnya, pulangnya malah gelinding dari atas. :p
Akhirnya kami hanya menikmati pemandangan dan udara di sana. Senang banget rasanya, lihat sekeliling hijau, atas biru, udaranya seger.

Mamaaaaa, anakmu sampai gunung! :D


Sekitar jam dua belas siang, kami beberes ngelipat tenda dan lain-lain buat persiapan turun lagi. Awannya udah mulai gerak-gerak, langitnya mendung. Kabut dingin pelan-pelan mulai mendekat, AAAAAAA NEGARA API MENYERANG!!!!
Setelah semuanya siap dan ringkes, kami langsung jalan turun daaaaaan tes tes tes, air hujan mulai netes dikit-dikit. Jalanan licin banget jadi harus ekstra hati-hati.

Untung Tomi sebagai pemandu (((PEMANDU))) memberikan petunjuk bangaimana cara berjalan yang baik di kala tanahnya sedang licin, dan bagaimana cara memposisikan kaki untuk menahan beban badan kita agar tidak tergelincir. Wih, asik. Fika juga masih di belakang siap menarik kalau-kalau badanku gak seimbang (beberapa kali sempat hampir terjatuh karena aku goyah. Aku goyah mas, aku goyah.) Kalau Embek? Ya kadang-kadang ngetawain aku kalau pas nemu jalan gak turunan dan aku lari, katanya bentukanku dari belakang lucu karena jaketnya yang kegedean ini. Huh. Eh, tapi dia baik kok, dia bawain bajuku yang gak sedikit itu. Tuh, kamu aku puji lho, Mbek.

Dan ternyata hujannya labil, waktu udah jalan lumayan jauh, hujannya berhenti, ujan lagi, berhenti, ujan lagi. Uh pucing pala dedek jadinya.

Perjalanan pulang

Perjalanan turun gak memakan waktu selama perjalanan naik. Kira-kira dua jam kami sudah ada di pos satu, sudah dekat dengan basecamp (ya gak deket-deket banget sih).

Jam tiga-an kami akhirnya sampai di basecamp dan istirahat sebentar. Ngopi-ngopi dan tidur-tidur ayam sebentar. Teruuuuus kami langsung lanjut pulang ke Jogja. Ternyata perjalanan pulang pun hujan, tapi karena kami gak kelunturan kalau kena hujan, jadi ya ditrabas aja tanpa pakai jas hujan. Petarung jalanan kok.

Antara seneng karena udah berhasil naik dan turun dengan selamat meski gak sampai puncak, tapi sedih juga karena harus pulang, tapi mau gak mau harus pulang, banyak pekerjaan yang menunggu.

Kata Embek, habis pulang dari Merbabu harus tulis cerita di blog dan aku baru sempat nulis ini sekarang. Ini jadi pengalaman pertama yang menyenangkan banget karena isinya cuma ketawa-ketawa doang, gak ada ngambek-ngambek-an, gak ada rasan-rasan-an, semua baik, semua saling bantu, semua saling ngerti. Aku dapat pelajaran banyak dan dapat teman baru yang sangat sangat baik, yang gak ada jaim-jaimnya padahal belum kenal lama.

Aku skolioser dan aku bisa naik gunung. Meski mungkin aku bukan skolioser yang pertama kali naik gunung.
Makasih buat Embek yang udah percaya kalau aku bisa dan dengan spontan ngajak langsung naik Merbabu aja ketimbang ke gunung Purba. Kalau gak diajak gini, mungkin sampai hari ini aku cuma bisa 'pengin' naik gunung. :D :D :D

EKSTRAAAAAAA

Wednesday, October 29, 2014

Once Upon A Time in Bandung


Nyoba topi murah di Bandung, merasa kayak turis, sambil joget-joget di depan kaca besar. Aku bahagia.

Tuesday, August 5, 2014

Pop Up Tugas Akhir DKV lalu

Ini tugas akhir udah lama banget dari tahun lalu kayanya, baru diposting sekarang, baru sempet. ;p
Tugas akhir mata kuliah DKV 5, bikin pop up pengetahuan HIV/AIDS buat anak-anak.







Kebetulan aku juga bikin tutorial membuat pop up yang sangat sederhana. Meski terkesan gak niat dan direkam hanya menggunakan android, semoga saja bisa membantu yaa!





Thursday, July 31, 2014

What I (often) Wear


OOTD-nya Asa kayak gini, meski umur sudah 22 tahun.
Di saat teman-teman satu angkatan sudah pakai higheels, eyeshadow, eyeliner, lipstick, tas mamak-mamak.
Ini aku yang telat, apa temen-temen yang kecepetan? :))

And The Winners are......

Helo, ini saatnya mengumumkan tiga pemenang untuk kartu pos dari Sampan Mimpi.


Ada 10 email yang masuk ke emailku, wah gak nyangka ternyata banyak juga ya yang mau :D
Tapi beberapa di antaranya tidak menggunakan subyek email seperti yang aku minta. Jadi kebingungan ketika harus search email mereka. :(
Ketiga pemenang yang aku pilih ini karena memenuhi kriteria dan ceritanya menarik.
Siapa sajakah mereka?
Ini dia.....

1. Herwidhiya Azizah
2. Kelik
3. Nabila Azzahra

Selamat!!! Kepada ketiga pemenang harap email alamat lengkap, nama lengkap beserta kode pos dan nomer handphone yang bisa dihubungi untuk pengiriman. Oh iya, sertakan juga ya mau kartu pos yang series apa. Pengiriman akan dilakukan setelah aku sampai di Jogja. Terimakasih banyak yang sudah ikut berpartisipasi, mohon maaf untuk yang belum beruntung, dicoba lain kali ya, karena akan banyak giveaway setelah ini.

Selamat lebaran dan liburan! :)

Friday, July 25, 2014

Edisi Rekomendasi Film Drama Korea dan Thailand

Aku bukan penggila Korea, tapi suka nonton film Korea. Kebanyakan yang aku tonton bagus, dan film Korea selalu pintar memainkan perasaan penonton. Seperti kata Dipa, Korea sadar, bahwa sumber daya alam di Korea tidak sebagus negara lain, maka mereka berusaha memajukan sumber daya manusia-nya di bidang seni, seperti musik dan film. Yea, walau aku gak terlalu suka cowok korea yang dandannya menyerupai cewek. (You Know What I Mean) :p

Film Thailand juga sama, tukang ngacak-ngacak perasaan. Beberapa filmnya yang sudah aku tonton ada yang bikin sedih, ada yang bikin seneng karena sweet banget.

Oke, ini dia beberapa film Korea dan Thailand yang pernah aku tonton dan bagus.

"ALWAYS"

Film ini menceritakan tentang gadis tunanetra sama cowok penjaga parkir. Tiap hari si cewek numpang nonton sinetron di ruangan jaga parkir si cowok. Meski cewek ini gak bisa lihat, tapi dia suka dengerin dialog di sinetronnya. Awalnya si cowok merasa iba, tapi lama-lama jatuh cinta juga. Suatu hari, si cowok pengin banget si cewek bisa lihat lagi, dia cari uang dengan cara apapun biar bisa biayain operasi mata ceweknya. Tapi ternyata diam-diam si cowok nyimpan rahasia besar yang berkaitan dengan kebutaan si cewek. Wah apa ya? Nonton sendiri saja!

Film ini memberitahu kita bahwa setiap pasangan memang gak ada yang sempurna. Yang membuat kita merasa sempurna adalah karena kita saling memiliki, saling mencintai.


"HERB"

Film ini ceritanya tentang ibu dan anak yang IQ-nya lambat berkembang. IQ-nya hanya setara dengan anak usia 4 tahun. Si Ibu menderita kanker stadium akhir, setiap hari dia nyiapin keperluan anaknya untuk satu tahun kedepan dan dimasukkin dalam kardus, persiapan kalau ibunya meninggal. Sedih banget. Suatu hari si anak ketemu sama polisi lalu lintas, polisi lalu lintasnya jatuh cinta karena anak itu cantik, tapi dia gak tau kalau si anak itu IQ-nya rendah. Mereka (Si anak cewek dan polisi) saling jatuh cinta dan sering jalan bareng, tapi selalu ngajak temen si cewek yang lebih pinter biar bisa nutupin kalau si cewek itu sebenernya punya kekurangan.
Suatu hari waktu cowoknya tahu kalau si cewek punya kekurangan, si cowok menjauh dan gak mau ketemu ceweknya. Di sini pergolakan batinnya si cowok. Dia gak mau punya cewek yang IQnya rendah, tapi dalam hatinya sebenarnya dia sayang banget sama si cewek ini. Dan si ceweknya, meski IQ-nya hanya setara dengan anak usia 4 tahun, tapi dia benar-benar merasa patah hati karena ditinggal si cowok. Tonton deh, ada sweetnya, ada sedihnya. :)


"A MOMENT TO REMEMBER"

Hayo siapa yang belum nonton film ini? Ini film nyesek dan sedih banget, ceritanya si cewek kena alzheimer, dan si cowok yang sudah jadi suaminya sabaaaaar banget ngerawat istrinya yang suka tiba-tiba gak inget dia di mana, lupa kalau dia udah punya suami dan lain-lain. Ini film lama tapi kalau ditonton sekarang pun tetap gak ada bedanya, masih sama-sama mengharukan.


"YOU ARE THE APPLE OF MY EYE"

Yang kangen masa-masa SMA nonton film ini deh. Manis banget ceritanya. Yang cowok ya tipe cowo SMA banget yang masih pengin main-main, gak mau belajar, nilai anjlok, maunya berantem biar kelihatan jago. Yang cewek rajin, pinter, punya ambisi dan cita-cita besar. Tapi sayangnya cinta mereka gak berjalan mulus, hingga suatu hari, si cowok harus merelakan si cewek sama cowok lain. Eh ini tapi kayaknya film china ya? Ah entahlah :p


"CRAZY LITTLE THING CALLED LOVE"

Ini juga film masa SMA! Tapi gak kalah seru karena ada hal gak terduga di film ini, gimana rasanya ketika kita udah suka banget sama cowok dari dulu, tapi gak berani bilang padahal udah ada kesempatan? Perasaan itu akhirnya disimpan sampai si cewek besar dan sukses. Yang manis di film ini adalah proses kedekatan si cewek dan cowok, meski ABG banget, tapi bikin yang nonton senyum senyum sendiri dan pengin ngerasain lagi balik ke masa SMA. Hal gak terduganya apa? Nonton dong makanya! :p


"TIMELINE"

Film ini film tentang cewek (June) yang suka sama teman kuliahnya, Tan. Mereka temenan dan sampai pelihara anjing bareng (friendzone abis lah pokoknya). Tapi yang cowok suka sama cewek lain, kaka kelas. Sampai suatu hari si Tan nyadar bahwa sebenernya dia cuma dimanfaatin sama si kakak kelas doang, tapi waktu itu udah terlambat, June udah pergi ke Jepang karena dapet beasiswa untuk lanjut kuliah di sana.

Tan dan ibunya sama-sama gak sadar bahwa selama ini ada orang yang tulus mencintai mereka. Ibu Tan terlalu larut dalam masalalu dan gak mau mengganti posisi ayah Tan dengan lelaki lain, sedangkan Tan mau dapat yang lebih dan lebih, mau dapat yang baru terus, sehingga June diabaikan.

Film ini mengajarkan kita bahwa manusia itu suka sekali mencari yang baru dan meninggalkan yang lama, ketika sudah bosan dengan yang baru, pengin balik sama yang lama. Dan ngajarin kita untuk gak menyia-nyiakan orang yang udah sayang tulus ke kita selagi dia masih ada di samping kita.

Nah, itu film-film rekomendasi dari aku. Film Korea dan Thailand kesukaan kalian apa? Tulis di komen ya, siapa tahu aku belum tonton. :D

Monday, July 21, 2014

Kabar Gembira untuk Skolioser!

Hey whats going on?
Selamat berpuasa buat teman-teman yang menjalankannya juga yaaa.
Kali ini aku mau bagi cerita mengenai Spinecor dan perkembangan terbaru tentang skoliosisku.

Aku divonis (gila, serem amat bahasanya) kena skoliosis di umur 14 tahun kurvaku saat itu yang atas 47 derajat, yang bawah 27 derajat. Saat itu dokter ortopedi yang menangani aku, menyarankan untuk operasi, tentunya dengan berbagai macam resiko yang harus ditanggung, juga biaya yang tidak sedikit. Mendengar itu, mamah dan papah gak langsung setuju, mereka mencari alternatif lain dengan searching sana sini. Akhirnya menemukan alternatif dengan menggunakan brace, tepatnya hard brace karena bahan braceku waktu itu keras banget, bahannya dari mika setebal satu senti, memasangnya pun harus dibantu papah karena gak bisa pasang sendiri. Hard brace itu aku pakai setiap hari, cuma dilepas sesekali ketika tidur kalau memang benar-benar capek dan pada saat mandi, selebihnya dipakai. Karena sudah benar-benar gak tahan, aku memutuskan untuk gak pakai brace lagi setelah 6 bulan pemakaian. Siapa yang tahan kalau setiap hari harus jadi robot yang gak bisa gerak sebebasnya, jangankan jongkok atau lari, mengikat sepatu sendiri saja gak bisa. Belum lagi perasaan kesal karena diperlakukan seperti selayaknya orang sakit keras, gak di sekolah, gak di tempat latihan Marching Band. (Iya, aku tetap aktif di Marching Band selama memakai brace). Oh iya, aku juga mengalami alergi berat di kulit bagian pinggang karena tergesek-gesek permukaan brace. Menggaruk punggung yang gatal juga gak bisa. Kalau ada yang tanya masa-masa tersulit dalam hidupku ada di masa 6 bulan saat memakai brace. Gak mau lagi hehehehe.

Lalu setelah hard brace dilepas,  mamah menemukan alternatif lain untuk penanganan skoliosis: Canadian Chiropractic, dan itu hanya ada di Jakarta. Dan akhirnya, kelas 1 SMA aku pindah ke Jakarta karena terapinya harus dilakukan setiap hari. Terapi ini gak murah, satu kali datang 600.000 waktu itu, pokoknya, mamah dan papah menghabiskan puluhan juta untuk biaya terapi, tempat tinggal dan lain-lain selama di Jakarta.
Selama 6 bulan mengikuti Chiropractic, aku pulang ke Banjarmasin, selama bertahun-tahun setelahnya, aku gak pernah melakukan terapi apapun untuk skoliosis. Kurvaku? Entahlah, kami memutuskan untuk gak mengukurnya karena apapun yang terjadi, yang penting aku sudah merasa jauh lebih baik.

Kuliah di Jogja membuat mamah kembali mencari alternatif terapi lain karena tempat terapiku dulu, Canadian Chirpractic sudah tidak buka praktek lagi. Di Jakarta juga, mama menemukan another Chiropractic tapi kali ini dari China. Efeknya sama seperti sebelumnya, membuat badan nyaman dan gak sesak nafas lagi. Tapi bedanya dengan Canadian Chiropractic, Chinese Chiropractic tidak menggunakan alat, tapi menggunakan tangan dokternya. Jadi kayak semacam massage gitu. Chinese Chiropractic lebih murah, sekali datang hanya 300.000. Waktu itu juga ambil paket satu bulan, jadi jatuhnya tidak terlalu mahal. Dua tahun berturut-turut selama sebulan aku rutin terapi di Chinese Chiropractic ini.

Suatu hari aku dapat info mengenai Yoga khusus skoliosis di Jogja, senangnya bukan main, aku jadi gak perlu bolak-balik Jakarta-Jogja untuk terapi lagi. Cukup satu kali seminggu datang ke kelas yoga skoliosis sudah sangat membantu untuk kenyamanan punggungku. Sekali datang di kelas yoga ini butuh biaya 100.000. Hanya satu kali seminggu pada hari sabtu. Walau jaraknya sangat jauh dari rumah (butuh 45 menit naik motor) tapi aku tetap bela-belain ke sana. Meski kadang-kadang malas dan jadi dimarahi sama Dipa hehehe. Dipa yang selalu antar aku untuk yoga setiap sabtu ini. Oh iya sebelum mengikuti kelas yoga ini, instruktur yogaku minta untuk x-ray dulu biar tahu kondisi tulangku. Saat itu kurva yang atas 42 derajat dan yang bawah 39 derajat. Gak banyak berubah dari 8 tahun yang lalu (terakhir kali aku x-ray). Waw, ini termasuk berita baik karena selama 8 tahun, kurva skoliosisku tidak bertambah drastis! :D

Nah, setelah bercerita panjang lebar mengenai perjalanan aku dan skoliosis, sekarang mau cerita soal Spinecor. Ini dia kabar baiknya! Apa itu Spinecor? Hayo apa hayooo... :p

Aku suka ngikutin blog ka Indi Sugar, kebetulan juga beberapa kali komunikasi sama dia via email. Dari postingan blog dia, aku tahu kalau di Indonesia (Uhm, dan di dunia ini) sudah ditemukan soft brace bernama Spinecor. Eh, bukan Indonesia yang bikin soft brace ini, tapi di UK. Well, singkat cerita, mamah yang kebetulan lagi dinas di Jakarta, survei lokasi Back Up Clinic (tempat pasang Spinecor) besoknya, aku menyusul mama dari Jogja langsung ke Jakarta.

Hari pertama, ketemu dokter Anthony Fong, asalnya dari Australia, dan pertemuan pertama dia gak berhenti ngucapin permintaan maaf karena praktek pakai celana pendek dengan atasan batik (dia minta maaf karena mengenakan celana pendek hihi).
Kata dr. Anthony, dari semua pasiennya yang kurvanya lebih dari 40 derajat, hanya aku yang responnya sangat tinggi ketika diketuk lutut, sikut dan pergelangan tangannya. Dr. Anthony bilang kalau orang yang kurvanya lebih dari 40 derajat biasanya sudah sangat tidak sensitif terhadap pukulan, getaran dan lain-lain. Dia bilang, kasus skoliosisku sangat unik. Hahaha.

Setelah bertemu dokter Anthony, malam harinya aku harus x-ray karena dr. Anthony perlu kurva skoliosisku yang sangat terbaru. Dari Central Park, kami meluncur ke rumak sakit Pantai Indah Kapuk.

Besoknya, dr. Anthony sudah bisa mengukur kurva terbaru skoliosisku. Tebak berapa kurvaku sekarang? Yang atas 73 derajat, yang bawah 58 derajat. Parah ya? Ah, enggak juga, aku masih bisa nafas dengan cukup baik cuma kadang-kadang ngerasa pegalnya semakin parah aja hehehe.
Aku sadar selama ini masih bandel untuk jaga posisi. Apalagi setelah punya toko, udah gak terlalu mikir tentang skoliosis, asik ngerjain pesenan orang, menggambar, melukis saking asyiknya sudah gak perduli posisi badan kayak gimana. Hasilnya? Ya gini, kayak ditampar bolak-balik. Hehehe.
Setelah mengukur kurvaku, dr. Anthony mulai mengukur Spinecor biar pas di badanku. Pssst, dr. Anthony terlihat kayak penjahit karena bawa gunting dan meteran. :p
Singkat cerita, Spinecornya jadi dan dipasang di badan. Rasanya? Agak nyesek karena perutku gendut! Hahaha. Tapi overall, jauh lebih nyaman dibanding hard brace.

Selama sehari pakai Spinecor, badanku masih menyesuaikan diri. Masih agak sesak karena belum terbiasa, tapi masih bisa jalan, jongkok, joget-joget. Kalau hard brace jangan harap bisa begitu. :p

Malamnya setelah Spinecor dipasang, aku harus x-ray lagi tapi kali ini x-ray dengan menggunakan Spinecor. Besoknya aku kembali ke Back Up Clinic di Central Park bertemu dr. Anthony untuk cek perkembangan kurvaku dengan membawa hasil x-ray terbaru. Dannnn, hasil mengejutkan lho teman-teman. Setelah satu hari pakai Spinecor, kurvaku yang atas awalnya 73 turun menjadi 65, dan yang bawah awalnya 58 turun menjadi 52 dan tinggiku bertambah 2 cm dalam waktu semalam. Amazing. "Wonderful, It's miracle!" kata dr. Anthony. Aku langsung kebayang kurvaku bakal kurang drastis kalau rajin pakai Spinecor ini. Hihihihi.
Spinecor ini gak dipakai setiap hari, hanya 2-3 kali satu minggu, sekali pemakaian 6-10 jam. Meski kata dr. Anthony boleh lebih dari itu kalau mau. :D

Aku dibalut Spinecor

Aku jadi gak merasa tertekan pakai Spinecor ini, bahannya elastis dan halus. Aku bahkan bisa pakai Spinecor ini saat blogging, menggambar, melukis bahkan saat menjahit! Asik kaaaaan.....


Tuh lihat aku bisa joget-joget waktu pakai Spinecor



Harga Spinecor ini memang gak murah. Harganya hampir sama dengan uang muka cicilan rumah tipe 36, bisa dipakai melunasi kontrakan toko Sampan Mimpi selama dua tahun, bisa dipakai modal beli alat sablon digital lengkap, bisa gaji pegawai sampai bertahun-tahun. Hehehe. Tapi dibandingkan dengan operasi, harga Spinecor ini jauh lebih murah dengan resiko yang gak ada sama sekali.

Kata mamah, kesehatanku jauh lebih penting. Beruntungnya aku punya kedua orang tua yang sangat care, yang alhamdulillah mampu membiayai semua pengobatanku selama ini yang gak murah. Semoga Allah melindungi mereka selalu.

Teman-teman yang mau pasang Spinecor ini bisa ke Back Up Clinic Jakarta di Central Park lantai LG. (Dekat atm center Mandiri)
Semoga postingan ini membantu memberikan informasi buat teman-teman yang sudah hopeless sama kurva yang terlalu besar. Kabar gembira ternyata gak cuma datang dari kulit manggis saja yaaaa.... Hehehe :p

Anyway, berhubung banyak banget email yang masuk ke aku dan tanya pertanyaan yang sama. Aku jawabin di video aja ya biar jelas. Semoga membantu :)


Saturday, July 12, 2014

Bagi-bagi Paket Kartu Pos Gratis

Teman-teman, kalau aku bagi-bagi paket kartu pos produk dari Sampan Mimpi, ada yang mau gak ya?
Kira-kira seperti ini gambar-gambar kartu posnya:





Kartu pos ada tiga pack, untuk satu pack isinya 6 lembar dengan ilustrasi yang berbeda. Memang agak cewek banget sih tipe ilutrasinya, tapi kalau ada temen temen cowok yang pengin gak apa kok, mungkin bisa dikasih ke pacar atau gebetan :p

Caranya gampang banget, kalian cukup kirimkan email ke asa_laily@yahoo.com dengan subyek: "Asa, aku mau kartu pos!"
Isi emailnya, kalian harus menceritakan kepada siapa nanti kalian akan mengirim kartu pos kalau kalian dapat hadiah paket kertu pos ini. Jawabannya bebas, tiga jawaban paling kreatif bakal aku kasih kartu pos gratis. Aku tunggu emailnya sampai akhir Juli ya! :)

Monday, January 27, 2014

Blusukan ke Museum Ullen Sentalu, Goa Cerme dan Jembatan Gantung Imogiri

Hello temans...
So, how was your holiday?
Hihihi senang rasanya sudah masuk liburan. Selesai magang pula, jadi rasanya kayak dapet bonus yang plus-plus gitu. Senengnya gak ketulungan.

Aku selesai magang tanggal 23 Januari, dan tanggal 24 Januarinya, Kak Kucing (panggilan untuk Kak Raslin, salah satu teman dari Jakarta) liburan ke Jogja. Aku bertugas jadi tour guide gitu lah selama dia di sini :p

Jadi hari pertama Kak Kucing sampai Jogja, aku sama dia jalan-jalan ke Taman Sari (kayaknya aku udah 10 kali lebih ke sini, entah nganter teman atau saudara). Dan hari kedua, dia ngajakin ke museum Ullen Sentalu. Sebenarnya aku juga nggak tau sih itu museum apa, tapi setuju setuju aja karena waktu searching-searching gitu kayaknya tempatnya asik. Hehehe.

Besoknya beneran berangkat ke Museum Ullen Sentalu. Tadinya aku pikir, museum ini ada di pinggir jalan di Kaliurang, ternyata salah besar. Museum ini ada di dalem dalem dalemnya Kaliurang. Kami cuma berbekal peta dari Google Map aja, jadi dari jalan Kaliurang ngikutin Google Maps arah dan tujuan menuju Ullen Sentalu. Tapi sekali lagi, tolong jangan percayai Google Maps. Aku udah dua kali ketipu sama Google Maps, dan kali ini, jalan yang ditunjukkin Google Maps untuk sampai ke Ullen Sentalu dengan jalur paling dekat bener-bener jalan yang gak bener deh. Jalan tikus mblusak-mblusuk masuk kebun salak orang. Untung aja kami naik motor, coba kalau naik mobil, gak kebayang gimana puter baliknya kalau udah ngerasa salah jalan. Eek.

Tadinya sempat putus asa karena Google Maps udah nunjukkin kalau kami udah sampai di lokasi, tapi tempat kami berdiri cuma ada hutan belantara dan warung-warung kecil gitu. Horor banget. Tapi waktu nanya sama warga yang jaga warung, akhirnya dikasih tau kalau ternyata Museumnya masih naik lagi. Fuih, langsung ngebut sampai atas.

Nahhhh pas sampai di lokasi kita girang banget karena tempatnya keren banget. Jadi apa sih Museum Ullen Sentalu itu? Museum Ullen Sentalu isinya adalah sejarah-sejarah tentang kerajaan Mataram, yang terpecah menjadi empat kesultanan. Salah satunya kesultanan Jogja.

Arsitektur Museum Ullen Sentalu ini unik banget. Lorong-lorong bawah tanahnya dibuat meliuk-liuk mengikuti kontur tanah dan lokasi pohon. Jadi pembangunan museum ini memang sengaja mengikuti alam sekitar dan gak menebang satu pohon pun. Keren banget. Tapi sayang, pengunjung gak diperbolehkan mengambil foto di dalam museum yang super keren ini. Cuma boleh foto di sebuah relief unik di luar ruangan.



Bersama Kak Kucing


Kupu-kupu di sekitaran museum


Oh iya, harga tiket masuk museum ini 30.000 rupiah per orang, itu sudah termasuk parkir, tour guide, dan minuman dengan resep rahasia yang disajikan pihak museum. Minuman ini rasanya kayak jamu, ada manisnya, anget dari jahe dan sedikit gurih menyerupai rasa kaldu. Sayangnya, kami gak tahu minuman ini namanya apa.

Dan pulang dari Ullen Sentalu, kami berniat mampir ke museum Merapi ternyata sampai sana tutup karena dah sore (padahal cuma telat 5 menit). Ya sudah foto-foto aja depan museumnya.


Hari ketiga, tadinya bingung mau ke mana. Tapi aku nawarin Kak Kucing untuk jalan-jalan ke jembatan gantung di Imogiri. Sebenarnya aku juga belum pernah ke sini (padahal deket rumah), cuma pernah lihat teman upload fotonya aja, kayaknya bagus gitu. Akhirnya Kak Kucing setuju dan hari ketiga kita berangkat ke jembatan Gantung Imogiri.

Waktu googling-googling gitu katanya sih, KATANYA, jembatan gantung Imogiri kalau dari rumahku sekitar 4 kilo, tapi NYATANYA, 4 KILO PANTATMU BELAH TIGA! 10 kilo lebih ada kali ah.
Dan jalannya cuma bisa dilewati sepeda motor, itu pun sempat hampir serangan jantung waktu pertengahan jalan, ternyata ada perbaikan jalan dan jalannya ditutup, digantiin sama jembatan yang cuma dari bambu, kata warga sekitar "Nggih, mboten nopo-nopo, ting mriki." yang artinya, "Iya nggak apa-apa, lewat sini." mampus, udah keringet dingin ngebayangin kalau tiba-tiba jembatan buatan yang dari bambu roboh dinaikin pake motor. Tapi kenyataannya baik-baik aja. Walaupun horor banget karena pas ngelewatin agak bunyi-bunyi gimanaaa gitu.

Kemudian selanjutnya next, kami sampai di Jembatan Gantung yang indah itu.


Okay salah fokus.

Ini dia Jembatannya

Sebenernya jembatan ini bukan obyek wisata, tapi gak ada salahnya dijadiin list buat ke sini kalau lagi di Jogja karena tempatnya emang bagus, pemandangan sekitar juga bagus banget, ada bukit-bukit dan sawah terasering.





Tapi kalau bisa sih, ke sini pas lagi gak musim hujan, karena kalau habis hujan, airnya agak pasang dan keruh. Padahal kata warga sekitar kalau lagi gak musim hujan, airnya jernih banget. Oh iya, kalau mau ke sini cuma bisa naik sepeda motor, karena jalannya kecil dan gak beraspal.

Setelah puas di Jembatan Gantung, aku sama Kak Kucing melanjutkan perjalanan ke Goa Cerme. Apakah itu Goa Cerme? Entahlah kami nekat aja ke sono. Dan ternyata jalannya lebih parah dari jalan menuju Jembatan Gantung. Jalannya udah aspal sih, tapi curam banget dan tikungannya tajam-tajam. Kalau lagi hujan sebaiknya gak ke sini karena jalanan pasti licin banget. Bahaya untuk yang naik motor, apalagi yang kurang profesional.


Mana Goa-nya?

Hohoho jadi Goa Cerme itu adalah goa (Ya menurut loooo?). Tapi ada airnya gitu. Jadi wisata-nya masuk goa yang berair dan harus nyebur. Intinya basah-basahan. Paling dalem airnya sampai 80cm. Di dalem goanya, ada batu-batuan apa gitu kata masnya tadi lupa. Aku sama Kak Kucing gak masuk karena gak bawa ganti dan lagi males basah-basahan hihihi. Jadi cuma lihat-lihat di sekitaran goa saja.

Gitu deh liburannya aku. Liburan kalian gimana? :D

Saturday, January 18, 2014

Unek-unek Seputar Desain dan Ilustrator

Kuliah Desain Itu (Nggak) Mahal

Sebenarnya, aku nggak terlalu suka ketika ada yang menyebutkan kuliah desain itu mahal dan kepengin banget desainnya dibayar mahal. Mungkin kalian belum pernah kuliah di ISI. Ini bukan berarti aku memperbolehkan kalian membayar semua desainer murah.

Jadi gini, pernah baca blog orang yang isinya menjabarkan kenapa sih biaya desain itu harus mahal, alasannya karena: Kuliah desain mahal, dan kami harus balik modal.
Okay please. Biaya kuliahku sama sekali gak mahal (dibanding sama jurusan DKV di Universitas lain) dan apanya yang harus balik modal? Menurutku, alasan utama kenapa biaya desain itu mahal karena: IDE dan KREATIFITASNYA. Bukan karena kuliah kami mahal dan kami harus balik modal.

Lalu, kalau kamu mau desainmu dibayar mahal, usaha. Lulus kuliah gak punya nama apa-apa dan pengin desainnya dibayar mahal? Wah susah. Sebaiknya, saat kuliah mulai dikit-dikit buka jasa desain pelan-pelan, nanti juga lama-lama banyak orang yang pesan dan pelan-pelan bisa naikkan 'tarif' desainmu 'kan?

Aku paling sebal kalau ada yang mengeluh karena dibayar sangat sedikit. Harusnya ada perjanjian dari awal. Dari kitanya juga harus tegas masalah deal biaya. Jangan cuma bisa ngomong "Ah terserah saja.." Tapi ketika dibayar murah, marah-marah. Duh.

Dulu, awal-awal masuk kuliah juga gak ngerti gimana cara menghargai desain sendiri, tapi lama kelamaan sudah mulai mengerti. Dulu pernah desain cover novel, dan dari awal sudah deal masalah tarif. Jadi saat aku dibayar, jatuhnya seneng, bukan marah-marah. Yang pesan senang, akunya juga senang.


Jadi Illustrator kok Sombong?

Aku follow beberapa ilustrator di instagram karena suka sama gambar-gambar mereka. Tapi sering banget nemuin ilustrator yang ketika foto gambarnya dikomen agak 'gak enak' dikit, dia balesnya sangat sangat sinis. Lalu ketika ada yang komen memuji-muji, dibales sangat ramah.
Sikap inikah yang bisa ditiru sama junior-junior ilustratornya? Apa kata Pak Jokowi (?)

Terus kalau karyanya ditiru sama orang walau gak sama persis, marah-marah gak karuan. Duh Gusti. Saya sebenarnya muak sama hal ini, tapi mau gimana, mungkin mereka menganggap karya mereka itu benar-benar orisinil. Padahal, di dunia ini mana ada sih karya yang orisinil? Semua hasil meniru dan memodifikasi bukan?
Pelukis ternama sekalipun, ketika melukis buah apel, apakah dia tidak meniru bentuk apel yang sebenarnya dulu, atau paling tidak melihat bentuk apel yang sebenarnya kemudian dituangkan ke atas kanvas?
Coba pikirkan lagi.

Kalaupun misalnya karyamu ditiru, lihat sisi positifnya: Artinya karyamu dianggap, mereka menganggap karyamu bagus, dan layak untuk diperlihatkan ke orang banyak. Toh karya kita pasti dan PASTI terinspirasi dari sesuatu. Tidak benar-benar orisinil.
Aku rasa, cuma Tuhan yang boleh marah soal plagiatisme. Karena dia yang punya keorisinalan paling orisinil.

:)