Monday, January 21, 2013

I Have a Dream


Beberapa waktu yang lalu mendapat kiriman sebuah buku I Have a Dream dari penulisnya langsung, mbak Fita Chakra --walaupun buku ini sempat bermalam beberapa hari di atas lemari tanpa aku tahu karena ternyata kiriman buku yang sudah sampai beberapa hari yang lalu ini diterima oleh mas Rendi, dan dia gak bilang kalau bukunya diletakkan di atas lemari ("⌣_⌣)/|

Kenapa kok Asa bisa dapat kiriman buku dari penulisnya langsung?

Jadi ceritanya begini, dulu kami (aku dan mbak Fita) berkenalan via facebook, dia bilang dia seorang penulis buku anak-anak dan parenting, mbak Fita juga scolioser, kami jadi sering mengobrol, dan suatu ketika dia memberi kabar bahwa bukunya sudah terbit dan mau kirim satu buat aku.


"Aku... Aku dulu malu dengan tubuhku. Bentuknya aneh, seperti berpunuk. Aku malu kalau semua orang melihatku," ujar Tari.
Ya, itu dulu. Meskipun Tari menderita skoliosis--sejenis kelainan pada tulang belakang, tapi Tari tidak ingin hidupnya terpuruk. Dia berusaha berpikir positif dan menjalani hari-harinya dengan ceria bersama Mila dan Felisha, sahabatnya. Bahkan, Tari berjuang keras untuk memenangkan Children Writing Contest agar mendapat hadiah uang untuk membeli alat penyangga tubuh sebagai bagian dari terapi sakitnya.
Berhasilkah Tari meraih mimpi-mimpinya? Bagaimana tari menghadapi Nadine, si sempurna yang selalu "menjegal" langkahnya?



Buku I Have a Dream ini bercerita tentang anak perempuan bernama Tari, seorang scolioser pantang menyerah dan punya mimpi menjadi seorang penulis. Buku ini mengajarkan banyak hal, tentang persahabatan, cinta seorang ibu, impian dan perjuangan dengan bahasa yang sederhana, tentu saja.


Menulis buku anak-anak tidaklah mudah, Mbak Fita sukses membuat aku merasa kembali seperti anak-anak ketika membaca cerita ini. Gaya bertutur bahasanya sangat sederhana, seperti cerita-pendek cerita pendek yang sering aku baca di majalah anak-anak dulu. Anak-anak butuh banyak bacaan seperti ini, aku rasa.

Buku ini sangat mengharukan--terutama karena mungkin aku juga mengalami beberapa hal yang sama seperti yang Tari alami.
Aku yakin, cerita Tari akan menjadi inspirasi banyak anak-anak di luar sana--terutama yang punya kekurangan-kekurangan tertentu seperti seorang scolioser, misalnya.
Sebuah kekurangan pada diri kita tidak akan menjadi penghalang untuk meraih mimpi-mimpi kita. Asal kita yakin, tetap semangat, dan tidak peduli apa yang orang lain lakukan untuk menjatuhkan kita. Harus beli dan baca bukunya!



Terima kasih, mbak Fita untuk kiriman bukunya, sukses selalu dan semoga suatu hari aku akan menyusulmu menjadi seorang penulis. Hehe amin.


Sunday, January 13, 2013

Salah Kicau, Bikin Kacau!


Tugas akhir DKV 3
Membuat poster tentang dampak negatif yang ditimbulkan dari media sosial


Kenapa memilih twitter sebenarnya sederhana, karena sekarang hampir semua orang menggunakan twitter.

"SALAH KICAU BIKIN KACAU" terinspirasi dari orang-orang yang diserang karena tweet-tweet yang di-posting dianggap tidak pantas.

Ada yang bilang, "Ngapain nge-tweet aja perlu hati-hati, emang mau nyebrang jalan?" Dih, beda kali hati-hatinya.

Semoga saja poster ini sudah cukup jelas menyampaikan pesan yang aku ingin sampaikan ke kalian.

Salam. :)

Friday, January 11, 2013

Mbah Kakung dan Kebaikan-kebaikan yang Ia Ajarkan

Mbah Kakung adalah sosok yang paling bersahaja yang pernah aku kenal. Aku belajar kebaikan-kebaikan darinya. Tentang bagaimana memperlakukan orang dengan baik, tentang bagaimana selalu tersenyum walau tersakiti, bukan menjadi munafik, tapi darinya aku belajar untuk menjadi orang yang penuh kesabaran.

Ia orang yang sangat baik. Suatu hari ketika ia mengambil uang pensiun, ia pulang ke rumah tanpa uang barang seribu. Seluruh uang pensiun yang ia ambil hari itu, diserahkan ke keluarga yang membutuhkan. Hatiku bergetar mendengar cerita itu dari Mama.

Mbah Kakung orang yang sangat baik, yang tidak ingin kebaikannya diketahui oleh orang lain. Ia tak pernah menceritakan kebaikan-kebaikan besar yang ia lakukan untuk orang lain. Ia tidak pernah merasa memberi hutang kepada orang-orang yang ia perlakukan dengan baik.

Mbah Kakung adalah seniman paling hebat yang pernah aku kenal. Ia orang yang pertama kali mengajarkanku membaca, menulis dan menggambar. Ia yang pertama kali memperkenalkan aku pada titik, garis dan bentuk. Ia mengajari aku bagaimana cara mewarnai dengan rapi saat umurku belum genap 4 tahun. Ia punya andil penting tentang bagaimana kehidupanku sekarang. Tentang pilihan menuntut ilmu di jurusan seni.

Ia orang yang setia, sejak istrinya meninggal, ia tak pernah ingin menikah lagi. Dulu ketika masih ingat banyak hal dan Mama bertanya menapa ia tak ingin menikah lagi, dengan santai ia menjawab, "Aku hanya mencintai Makmu."

Umur Mbah Kakung sekarang 85 tahun. Hanya sedikit yang masih dia ingat. Bahkan ia sudah tidak mengenali anak-anaknya lagi. Tapi ia masih tetap sering melakukan kebaikan-kebaikan walau sudah tidak banyak yang ia ingat tentang kehidupannya, tentang siapa dirinya.

Kadang aku menyimpulkan sendiri, tentang Mbah Kakung yang sehat walafiat sampai detik ini, tak pernah terserah penyakit, tak pernah mengeluh, hanya ingatannya saja yang sudah mulai parah karena tubuhnya yang sudah mulai menua, mungkin ini balasan Tuhan karena ia begitu baik, karena aku yakin banyak yang mendoakannya agar selalu sehat, orang-orang yang menyayanginya dan yang pernah ia tolong.


Tuesday, December 18, 2012

Video Klip Mars Garuda Pancasila

Sebenarnya, malam penganugerahan video Klip Mars Garuda Pancasila ini sudah berlalu hampir satu bulan, tapi baru sempat diupload ke youtube.
Gambar animasinya manual menggunakan kapur dan ya, digambar frame by frame. Lupa keseluruhannya ada berapa frame, tapi aku rasa masih kurang banyak, gambarnya masih kurang halus.

Well, inilah persembahan dari pemuda-pemuda bangsa. Enjoy!



Juara 1 kompetisi Video Klip Mars Garuda Pancasila tingkat nasional 2012

Durasi : 1 menit
Director : Dipa Utomo
Ilustrator : Asa laily F. Huda
Cinematography : Eka "Kecap" wahyu P.
Editing : Eka "Kecap" Wahyu P. , Dipa Utomo
Naskah : Dipa Utomo, Asa Laily F. Huda



Karena menyalakan lilin kecil
Lebih suci nilainya ketimbang merencanakan Matahari,

salam sumpah pemuda!

Monday, December 17, 2012

Hal-hal yang Bisa Kita Pelajari dari Kucing


Aku tidak pernah belajar dari siapa pun untuk menyayangi seekor kucing. Semua terjadi begitu saja. Aku mencintai kucing sejak dulu, bahkan sejak aku belum diperbolehkan memeliharanya di rumah.

Suatu minggu pagi, mama membangunkanku dengan meneriakkan namaku dari luar kamar. Sedetik kemudian ia muncul dari balik pintu membawa gumpalan bulu warna putih--yang entah apa. Ah, ini semacam serangan fajar.
Beberapa saat kemudian aku baru sadar, gumpalan putih yang digendong mama bisa mengeong.


"Hei lihat mama sama papa bawa apa, ayo Adek bangun."

Namanya Pipy, umurnya baru 3 bulan. Kucing Persia ras Himalaya bermata biru ini membuatku jatuh cinta pagi-pagi buta.


Kami selalu mengurung Pipy di kandang ketika tidak ada orang di rumah. Kalau aku sudah pulang, buru-buru aku keluarkan dari kandang. Kalian tahu, Pipy senang bukan kepalang ketika tidak berada di kandang. Di sini aku belajar satu hal, bahwa seekor kucing pun tidak suka dikekang.


Suatu hari, kakak laki-lakiku pulang membawa seekor kucing sebesar genggaman tangannya. Ia bilang, kucing ini mengikutinya terus, karena tidak tega, maka ia bawa pulang kucing itu naik motor, digenggam olehnya.

Namanya Mucil, kucing kampung jantan dengan corak "M" di jidatnya ini super nakal dan cerewet. Tapi aku menyayanginya seperti aku menyayangi kucing-kucing sebelumnya. Matanya kuning menyala. Seseorang pernah mengatakannya padaku, kucing dengan mata kuning memiliki pendengaran yang bagus.



Sejak kuliah di Jogja, aku hanya pulang ke Banjar 6 bulan sekali. Terakhir aku pulang, Mucil benar-benar berubah. Ia tampak lebih kurus dan pendiam. Aku merasa bersalah. Tidak ada yang mengurusnya sejak aku pindah ke jogja. Bahkan ia sudah tak sesenang dulu ketika kugendong. Ternyata, seorang kucing pun butuh diperhatikan dan diberi kasih sayang lebih dari yang kita pikirkan.


Waktu itu aku masih SD, acara pernikahan kolega mama tidak begitu menyenangkan, aku memutuskan untuk bermain di luar gedung. Aku menemukan kucing kecil yang sangat kurus. Ia terus mengeong-ngeong membuatku iba. Sebelum pulang, aku memohon pada mama untuk merawatnya dan membawanya pulang.

Namanya Nami, kucing kampung betina belang tiga ini kucing yang angkuh, jutek, dan sangat cantik. Dia kembang desa di perumahan.



Kucing yang kurawat selama 6 tahun ini mengajarkanku banyak hal. Ketika aku memberinya makan, ia mundur dan menyaksikan anak-anaknya makan terlebih dahulu. Saat itu dia masih menyusui, ia butuh asupan makanan, tapi Nami bersikeras anaknya lebih butuh makanan.

Suatu hari Nami datang ke kamarku, mengeong-ngeong dengan keras, aku beri ia ikan, ia menolak. Ia terus mengeong, sambil setengah berlari ke kardus. Aku mengikutinya.
Anaknya hilang satu, Nami terus mengeong dengan keras, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan padaku karena dia kucing yang angkuh. Aku tahu Nami sedang meminta pertolongan, dan ia benar-benar memohon padaku.

Aku dan kakak mencari anaknya tapi tak juga ketemu. Kata mama mungkin dimakan musang. Nami benar-benar kelihatan frustasi.

Beberapa hari kemudian, anaknya hilang semua. Nami mengeong lebih keras. Kali ini ia terlihat seperti sedang menangis.

Malam harinya, tanpa mengeong, tanpa suara, Nami datang ke kamarku menaiki kasur dan duduk di sebelahku. Aku mengelusnya dan ia tak marah. Biasanya ia tidak suka dielus. Aku merasa ada yang janggal. Aku menggendongnya dan ia menurut, bahkan ia menjilat-jilat tanganku. Nami benar-benar aneh malam itu.

"Kamu mau pergi ya?" dengan konyolnya aku bertanya pada Nami. Tentu saja ia tak menjawab.

Malam itu aku tidur dengan Nami. Itu adalah kali pertama dan terakhir kalinya ia tidur satu kasur denganku selama 6 tahun.

Paginya, ketika membuka mata, Nami sudah tidak ada di sebelahku. Ia tak pulang seharian, besoknya ia tetap tak pulang. Aku mencarinya sampai ke komplek seberang tapi nihil, Nami tak kutemukan di mana pun.

Aku mencoba menerjemahkan apa yang Nami coba sampaikan pada malam terakhir ia di rumah melalui sikapnya yang begitu berbeda. Jika sikapnya diterjemahkan dalam bahasa, mungkin ia berkata seperti ini, "Terimakasih karena sudah merawatku selama ini, tapi aku harus pergi mencari anak-anakku."

Percayalah, kucing pun bisa begitu menyayangi anak-anaknya melebihi apa yang selama ini kita bayangkan...

Monday, December 10, 2012

Melalui Mata Pena yang Menari





aku sedang berpuisi, kekasih
setiap garis yang kugores pada kertas ialah puisi
seperti kamu menuliskan cerita tentang kita melalui ribuan aksara

ini adalah caraku berpuisi
melalui mata pena yang menari



Saturday, December 1, 2012

Untuk Mocca, dan Untuk Orang-orang yang Sedang Jatuh Cinta

Sebuah visualisasi lagu ke dalam bentuk visual yang komikal.
Sebenarnya ini cenderung terlihat seperti ilustrasi ya daripada komik, padahal ini tugas komik hihihi.
Dan karya ini aku persembahkan untuk

Mocca

dan untuk

Orang-orang yang sedang jatuh cinta...

Enjoy :)









On The Night Like This - Mocca -
21 x 29,7 cm
Poster colour on paper

Dan kalian bisa mendapatkan bentuk PDFnya di sini. Free. :D


Thursday, November 22, 2012

Tentang Tugas dan Deadline



Mungkin kalian pernah mengalami hal yang sama, malam hari ngebut tugas dan melakukan kecerobohan yang sangat fatal, jadi harus mengulang karya dari awal. Kemudian pagi harinya waktu tugasnya mau dikumpul malah salah jadwal, harusnya dikumpul minggu depan. Rasanya waktu itu pengin benar-benar terjun dari lantai 3 tapi gak berani, aku masih terlalu muda untuk bunuh diri.

Ya begitulah, kadang kenyataan lebih pahit dari pil paling pahit se-dunia. *apasih*

NB: Kapan-kapan aku publish komik lengkapnya. Ini cuma potongan dari tugas kedua komik :D