"Dek, nanti kalau udah punya suami, sering masak ya."
"Yaaaa..."
Aku tuh sebenarnya bisa masak. Masak air, masak mie instan. Haha. Nggak, maksudnya bisa lah masak yang gampang-gampang seperti sayur bening, sop, goreng ayam, goreng ikan, bikin nasi goreng. Tapi nggak bisa yang aneh-aneh atau yang berat-berat.
Selama di Jogja, biasanya makan ya beli, soalnya praktis dan cepat, masak kalau lagi bulan Ramadhan aja, soalnya udah dua tahun ada mas di Jogja. Kata mas sih, masakanku lumayan, tapi ya gak enak-enak banget, gak seenak masakan Mama. Dan kadang kalau bikin nasi terlalu lembek, katanya.
Aku belajar masak karena dulu, mantan suka minta dibikinkan masakan, katanya pengin coba. Jadi ya latihan sedikit-sedikit, biar kalau sudah menikah (ya nggak harus sama dia) nggak perlu makan di luar.
Aku sebagai anak juga selalu senang kalau Mama masak. Mama itu wanita karir yang setiap hari kerja tapi masih sempat masak untuk keluarga. Kadang aku bisa bawa masakan mama untuk bekal ke sekolah.
Tapi aku belum terlalu menikmati seninya memasak, karena ya aku pikir kalau beli kan bisa lebih cepat dan malah cenderung murah (di Jogja sih) hehe. Gak tau sih kalau nanti sudah jadi istri atau sudah jadi ibu.
Beberapa hari yang lalu mengobrol dengan seorang teman tentang sedihnya jadi anak perantauan karena suka kangen masakan rumah, aku jadi mikir, hm, kalau nanti aku punya suami seperti dia--maksudku yang biasa makan masakan rumah yang sedap-- akan jadi tantangan yang sangat berat. Karena takutnya, nggak akan bisa menandingi masakan ibunya.
Ya Allah berat amat mikirnya.
Tapi nih ya, ada yang mengatakan, tugas memasak bukan cuma tugas perempuan atau istri, laki-laki atau suami juga, meskipun istri pegang peran yang lebih besar di dapur, tapi nggak menutup kemungkinan sesekali suami yang masak mehehehe. Misalnya gini, ada seorang laki-laki yang pernah ngasih aku makan, masakan dia, enak banget. Terus aku bilang, "Mas masakannya enak, makasih ya! Sering-sering boleh lho! Hehe."
"Ya ndak papa, kalau kamu mau aku masakin setiap hari juga ndak papa. "
Uh, sayangnya kami beda keyakinan. Hehehe.
Mungkin aku harus belajar masak dengan lebih baik lagi, agar suamiku kelak bisa betah di rumah, agar anak-anakku merindukan masakan ibunya, agar anak-anakku gak suka jajan sembarangan yang banyak micinnya. :p
Jadi, aku kapan di-sah-in nih, mas? #MasSiapa? #BelumAdaCalonnyaWoy #TapiAmininAjaDong #AsaTaaruf2017 #OK