Hai, aku Asa, calon istrimu.
Aku bukan perempuan pintar yang membaca buku pengetahuan setebal sandal wanita-wanita di pusat perbelanjaan. Aku lebih suka membaca ensiklopedia tokoh kartun atau membaca buku fantasi 6 seri.
Aku lebih suka membaca komik daripada membaca buku-buku politik. Lebih suka mempelajari buku "Belajar Menggambar Bentuk" atau "Apa Saja yang Bisa Kamu Temui di Dunia Peri" dari pada "Hal-hal yang Tak Pernah Terungkap di Balik Kemerdekaan RI"
Aku bukan orang yang serius, suka membicarakan politik dan memperdebatkan hal-hal yang membuat kepala pusing. Aku seseorang yang hanya memikirkan hal-hal kecil seperti; bagaimana cara membuat kebahagiaan-kebahagiaan kecil untuk orang lain, mungkin dengan membuatkan sebuah barang yang dijahit tangan atau mengajak anak-anak menggambar. Aku lebih suka memberi hadiah daripada berdebat dengan segala rasa sok tahu. Orang-orang yang berdebat hanya akan menunjukkan betapa egoisnya manusia.
Ini aku, perempuan yang suatu hari menyambutmu di balik pintu sambil membawa setangkup kasih dalam cangkir kopi, lalu mendengarkan segala keluhanmu tentang hari. Bukan perempuan yang akan mengajakmu mendiskusikan banyak hal dan membuat kepalamu tidak pernah berhenti bekerja.
Sekali lagi, aku bukan perempuan pintar yang kamu dan laki-laki lain harapkan. Aku hanya perempuan yang akan merawat anak-anak kita dengan penuh kasih, menyiapkan sarapan dan makan malam, mengantar dan menjemput mereka, membacakan dongeng sebelum tidur, serta mengambil rapor semester anak-anak kita.
Jika kamu menikahiku kelak, kau harus menerima resiko besar bahwa aku hanya akan menjadi perempuan dengan cinta paling besar, bukan otak paling pintar.
Salam, Asa.